KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas
rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“TSUNAMI”
Penulisan
makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata pelajaran
Dalam
Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah
ini bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kita
sehingga lebih mengetahui sebab-sebab terjadinya bencana alam tsunami.
Makalah yang kami buat ini,
tentunya masih banyak kekurangan, demi kesempurnaan makalah ini kami
mengharapkan masukan / kritikan yang bersifat membangun.
Ciamis, 23 Oktober 2016
ttd
Tim penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................................ 2
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................... 3
1.1.
Latar Belakang ................................................................................. 3
1.2.
Rumusan Masalah............................................................................ 3
1.3.
Tujuan dan Manfaat ........................................................................ 4
1.4.
Metode ........................................................................................... 4
BAB II : KAJIAN TEORI......................................................................................... 5
2.1.
pengertian Tsunami........................................................................ 5
2.2.
Penyebab Tsunami.......................................................................... 6
2.3.
Potensi Tsunami di Indonesia.......................................................... 7
2.4.
Korban Jiwa Tsumani di indonesia................................................. 8-9
BAB III : PENYAJIAN DATA ................................................................................. 10
3.1.
Penyajian Data dan Analisis............................................................ 10
3.2.
Pemecahan Masalah...................................................................... 11
BAB IV : PENUTUP.............................................................................................. 12
4.1.
Kesimpulan.................................................................................... 12
4.2.
Saran............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sebagai negara kepulauan yang
dikelilingi oleh laut dan samudera, Indonesia sangat berpotensi terkena tsunami. Tsunami sendiri merupakn
bencana besar yang sanggup menghancurkan apa yang menghadangnya. Maka dari itu
kami membuat makalah ini untuk menjelaskan apa itu Tsunami dan faktor – faktor
yang menimbulkan Tsunami.
1.2 Rumusan masalah
Ø Apa
itu Tsunami?
Ø Apakah
penyebab terjadi Tsunami?
1.3 Tujuan atau manfaat :
a. Sebagai
syarat untuk nilai kelompok ipa
b. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud tsunami
c. Untuk
mengetahui penyebab terjadinya tsunami
d. Sistem
peringatan dini saat terjadi tsunami
1.4 Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode studi kepustakaan. Pemilihan metode ini karena penelitian
yang dilakukan ditujukan untuk mengidentifikasi sebab timbulnya gelombang
tsunami yang mendera masyarakat aceh mengacu pada literatur, artikel-artikel dan
sumber bacaan lain.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Pengertian Tsunami
Tsunami ( bahasa Jepang: tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah
perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara
vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan
oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan
kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per
jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut
dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh
kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun
ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang
Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan
korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air
maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak
negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya.
Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta
menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air
bersih.
Beberapa
kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai
yang disebut sebagai meteor tsunami yang
ketinggiannya beberapa meter diatas gelombang laut normal. Ketika badai ini
mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan
tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah
menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
Wilayah
di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning
Centre (PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami
pada wilayah ini. Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean
Tsunami Warning System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia.
Bukti-bukti
historis menunjukkan bahwa mega tsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan
beberapa pulau dapat tenggelam.
2.2Penyebab
Tsunami :
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang
menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat
gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh
gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan
vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik
atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang
berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut,
yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan
terjadinya tsunami.
Kecepatan
gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi,
dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami
mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya
sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang
tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai
tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa
air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis
pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa
kilometer.
Gerakan
vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke
bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar
laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang
dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan
bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan
air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda
kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini
cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan
meter.
Gempa yang menyebabkan tsunami :
·
Gempa
bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)
·
Gempa
bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
·
Gempa
bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
2.3 Potensi tsunami di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang rawan
terhadap tsunami, terutama kepulauan yang berhadapan langsung dengan pertemuan
lempeng, antara lain barat Sumatera, selatan Jawa, Nusa Tenggara, utara Papua,
Sulawesi dan Maluku serta timur Kalimantan. Tsunami di Indonesia pada umumnya
adalah tsunami lokal, dimana waktu antara terjadinya gempa bumi dan datangnya
gelombang tsunami antara 20 s/d 30 menit.
Berdasarkan katalog gempa (1629 – 2002)
di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 109 kali, yakni 1 kali akibat
longsoran (landslides), 9 kali akibat gunung berapi dan 98 kali akibat
gempa bumi tektonik. Gempa yang menimbulkan tsunami sebagian besar berupa gempa
yang mempunyai mekanisme fokus dengan komponen dip-slip, yang terbanyak adalah tipe thrust
(Flores, 1992) dan sebagian kecil tipe normal (Sumba, 1977). Gempa dengan
mekanisme fokus strike slip kecil sekali kemungkinan untuk menimbulkan
tsunami.
Tanda-tanda
akan datangnya tsunami di daerah pinggir pantai adalah :
a. Air
laut yang surut secara tiba-tiba
b. Bau
asin yang sangat menyengat
c. Dari
kejauhan tampak gelombang putih/suara gemuruh yang sangat keras.
Tsunami
terjadi jika :
a. Gempa
besar dengan kekuatan gempa > 6,5 SR
b. Lokasi
pusat gempa di laut
c. Kedalaman
dangkal < 40 km
d. Terjadi
deformasi vertikal dasar laut
Pembelajaran gempa dan tsunami 26
Desember 2004 memberikan pelajaran penting, betapa waktu singkat antara gempa
besar sebelum gelombang tsunami datang. Sebagian masyarakat bertanya dengan
polosnya mengapa tidak ada peringatan sama sekali dari pihak berwenang.
Terlepas dari pengetahuan mereka bahwa gempa sampai hari ini belum ada ilmuwan
yang mampu menentukan kapan suatu gempa akan terjadi, namun demikian tsunami
yang terjadi setelah gempa dapat diprediksi sehingga pihak berwenang bisa
memberi peringatan kepada masyarakatnya. Kejadian kesalahan gempa pada 3 Juni
2007 merupakan pelajaran yang berharga bagi kita semua.
2.4
Korban Jiwa tsunami di Indonesia
Di Indonesia, gempa bumi mengakibatkan
tsunami (gelombang pasang) yang menelan sangat banyak korban jiwa. Dipastikan
lebih dari 150.000 jiwa tewas, puluhan gedung hancur oleh gempa utama, terutama
di Meulaboh dan Banda Aceh di ujung Sumatera. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari
semua bangunan rusak terkena tsunami, tetapi kebanyakan korban disebabkan oleh
tsunami yang menghantam pantai barat Aceh dan Sumatera Utara. Foto dari
kerusakan sulit diperoleh karena ada pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka yang
mengakibatkan sedikitnya jumlah reporter, pejabat pemerintah, dan tim penolong
di sumatera Utara. Pejabat pemerintah khawatir akan kurangnya laporan dari
kota-kota di pantai barat Sumatera, termasuk beberapa resort kecil. Kota-kota
ini hanya berjarak 100 km dari episenter dan diperkirakan menerima kerusakan
berat dan juga pulau Simeulue dan pulau Nias.
Dirancang sebagai media informasi tentang
musibah tsunami di Samudera Hindia dahsyat tanggal 26 Desember 2004 lalu,
khususnya yang terjadi di wilayah Aceh, sebagai kawasan bencana yang paling
parah dengan korban tewas paling tinggi. Sekarang ini siapa saja yang datang di
provinsi Aceh terutama ke Kotamadya Banda Aceh, kabupaten Aceh Besar, Aceh
Barat, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Pidie, Lhokseumawe dan kabupaten Aceh Utara
dengan tujuan apa saja termasuk tsunami tour, tidak terlalu perlu harus banyak
orang bercerita bagaimana saat gempa mengguncang atau dari mana tsunami datang,
karena mereka masih bisa melihat sendiri kerusakan semua sendi kehidupan yang
ditimbulkan kedua bencana alam tersebut.
Kecuali itu, sekarang ini hanya yang
tidak terlihat lagi dengan mata kepala adalah korban yang hilang dan meninggal
dunia karena yang meninggal dan ditemukan mayatnya sudah dikebumikan dalam
berbagai kuburan massal. Data akhir yang diterima Suara Karya pada sekretariat
Pemda Provinsi Aceh, 30 Juli 2005 menyebutkan lebih dari 234.271 penduduk Aceh
tewas serta 165.729 orang hilang dan 150.000 rumah mereka hancur total akibat
diguncang gempa serta diterjang tsunami pada Minggu, 26 Desember 2004 lalu.
Sedangkan korban yang selamat namun sudah kehilangan sanak saudara dan harta
benda masih berada di barak-barang pengungsi di seluruh Aceh. Belakangan dari
512.000 pengungsi itu hanya sebagian kecil mereka yang nekat pulang kembali ke
bekas lokasi rumahnya dengan cara membuat pondok kecil atau tenda darurat.
Tujuan mereka pulang juga beragam mulai
dari tidak sanggup lagi hidup di barak-barak pengungsi yang berderet-deret.
Setiap barak 12 kamar berukuran satu kamar 4 x 5 m dengan ketentuan huni satu
kamar satu keluarga atau 5 orang. Juga supaya lahan bekas rumah mereka tidak
hilang jejak atau beralih tangan.
BAB III
PENYAJIAN DATA, ANALISIS DAN
PEMECAHAN MASALAH
PEMECAHAN MASALAH
3.1
Penyajian Data dan Analisis
Banyak kota-kota di sekitar Pasifik,
terutama di Jepang dan juga Hawaii, mempunyai sistem peringatan tsunami dan
prosedur evakuasi untuk menangani kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat
diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di berbagai penjuru dunia dan
proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar
atau permukaan laut yang terkoneksi dengan satelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama
dengan perangkat yang mengapung di laut (buoy) dapat digunakan untuk
mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamatan manusia pada laut
dalam, sistem sederhana yang pertama kali digunakan untuk memberikan peringatan
awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawaii pada tahun 1920-an,
kemudian sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami
besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika Serikat membuat
Pacific Tsunami Warning Center pada tahun 1949 dan menghubungkannya ke jaringan
data dan peringatan internasional pada tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan
peringatan dini tsunami (REST Project) dipasang di pantai barat Amerika
Serikat, Alaska dan Hawaii oleh USGS, NOAA dan Pacific Northwest Seismograph
Network serta oleh tiga jaringan seismik Universitas. Hingga kini, ilmu tentang
tsunami sudah cukup berkembang meskipun proses terjadinya masih banyak yang
belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa bawah laut dan
kemungkinan kejadian tsunami cepat dihitung. Pemodelan tsunami yang baik telah
berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang tsunami di daerah
sumber, kecepatan perjalanannya dan waktu sampai di pantai. Berapa ketinggian
tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman air yang mungkin terjadi di
daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti kompleksitas topografi
dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan lahan (baik
tumbuhan, bangunan, dll) perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak
rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.
3.2 Pemecahan
Masalah
Dari penyajian data dan analisis di atas
maka disimpulkan bahwa salahsatu pemecahan masalah tsunami di Indonesia adalah
diwujudkannya sistem peringatan dini di Indonesia.
Saat ini Indonesia sedang melakukan
pekerjaan pembangunan sistem peringatan dini tsunami. Salah satu proyek yang
dikerjakan adalah kerjasama dengan negara Jerman. Proyek ini bernama GITEWS (Germany
Indonesia Tsunami Early Warning System). Ada 3 pilot area yang dipilih
untuk pelaksanaan proyek ini yaitu kota Padang, Jawa Tengah (Cilacap, Kebumen
dan Bantul) serta Bali (Kab. Badung). Pengembangan sistem peringatan dini
tsunami ini melibatkan banyak pihak dan instansi pemerintah. Sebagai
koordinator dari pihak Indonesia adalah kementerian Ristek (Riset dan
Teknologi). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk
mengeluarkan Info Gempa dan Peringatan Tsunami adalah BMG (Badan Meterologi dan
Geofisika). Tujuan utama pembangunan sistem peringatan dini tsunami ini adalah
untuk terciptanya sebuah sistem yang dapat menginformasikan serta
memperingatkan masyarakat luas apabila terjadi suatu gempa yang berpotensi
tsunami dalam waktu sesingkat-singkatnya agar kerugian nyawa dan materi dapat
dihindarkan semaksimal mungkin.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Dari berbagai fakta
bencana yang ada jelas terlihat bahwa bencana besar yang terjadi tidak serta
merta datang begitu saja, namun didahului oleh adanya eksploitasi lingkungan
yang berlebihan, kebijakan pemerintah kurang memperhatikan AMDAL ( analisis
mengenai dampak lingkungan ) , Tata Ruang yang kurang baik dan tidak baiknya
managemen pemerintah untuk mengatisipasi dan penaggulangan bencana, sehingga
menyebabkan Negara Indonesia banyak bencana Alam.
4.2. Saran
Bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, namun
kita harus mengetahui jenis-jenis bencana, sebab-sebab yang menimbulkan bencana
dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.
Saran yang saya sampaikan kepada semua pihak untuk
mengantisipasi dan penanggulangan bencana agar tidak menimbulkan kerusakan,
korban meninggal dan kerugian yang besar.
1. Kepada
Pemerintah agar meningkatkan managemen antisipasi dan penanggulangan bencana.
2. Pemerintah
agar memberikan sosialisasi dan simulasi kepada masyarakat yang tinggal di
daerah bencana, bagaimana cara mengatasi bencana yang terjadi.
3. Peran
serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam penyelamatan dan pelestarian
lingkungan, karena sebagian bencana yang terjadi diakibatkan oleh kerusakan
lingkungan.
4. Masyarakat
pada umumnya harus mengetahui baik melalui Media Elektronik maupun Media Cetak
tentang bencana-bencana yang terjadi dan bagaimana cara mengatasi atau menyelamatkan diri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahman, Dhohir Taufik dan Tarsisius,
2000, Indonesia Negara Bencana,
Jakarta : Yudhistira
4. http://rovicky.wordpress.com/2010/10/18/banjir-bandang-bagaimana-terjadinya/ , di download 14 Mei 2011
5. http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=6071&Itemid=1798, di download 14 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar