KATA PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat taufiq dan hidayah-Nya
lah penulisan makalah ini dapat disesuaikan.
kami
selaku penyusun sadar bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh sebab itu, penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari Anda demi
perbaikan selanjutnya.
Selanjutnya,
kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya pembuatan makalah ini terutama kepada Bapak /
Ibu guru selaku pembimbing kami.
Terlepas
dari semua kekurangan penulisan makalah ini, baik dalam susunan dan penulisannya
yang salah, penulis memohon maaf dan berharap semoga penulisan makalah ini
bermanfaat khususnya kepada saya selaku penulis dan umumnya kepada pembaca.
Akhirnya,
semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada siapa saja
yang mencintai pendidikan. Amin Ya Robbal Alamin.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISIi
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tanah Longsor
B. Jenis
- jenis Tanah Longsor
C. Gejala
Umum Tanah Longsor
D. Faktor-faktor
Penyebab Terjadinya Tanah Longsor
E. Wilayah
Rawan Tanah Longsor
F. Tahapan
Mitigasi Bencana Tanah Longsor
G. Tindakan
Yang Bisa Dilakukan Selama dan Sesudah Tanah Longsor
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR
PUSTAKA i
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Indonesia
terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng
Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan
antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di sebelah Barat
Pulau Sumatera, sebelah Selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan Nusa
Tenggara, sebelah Utara Kepulauan Maluku, dan sebelah Utara Papua. Konsekuensi
lain dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan
patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi.
Gunung api yang ada di Indonesia berjumlah 129. Angka itu merupakan 13% dari
jumlah gunung api aktif dunia. Dengan demikian Indonesia rawan terhadap bencana
letusan gunung api dan gempa bumi. Di beberapa pantai, dengan bentuk pantai
sedang hingga curam, jika terjadi gempa bumi dengan sumber berada di dasar laut
atau samudera dapat menimbulkan gelombang Tsunami.
Jenis
tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung
api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir
dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan
dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor
pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan
tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut
rawan bencana tanah longsor.
B.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang permasalahan di atas maka kami merumuskan masalah yang perlu
ditanggulangi sebagai berikut :
1) Faktor
apa saja yang menyebabkan bencana tanah longsor ?
2) Bagaimana
upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari terjadinya bencana tanah longsor ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tanah Longsor
Tanah
longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, adalah perpindahan
material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material
campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya
tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam
tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap
air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah
pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
B.
Jenis
- jenis Tanah Longsor
Ada
6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan
blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran
translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran
yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
1. Longsoran Translasi
Longsoran
translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk rata atau menggelombang landai.
2. Longsoran Rotasi
Longsoran
rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.
3. Pergerakan Blok
Pergerakan
blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk
rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
4. Runtuhan Batu
4. Runtuhan Batu
Runtuhan
batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah
dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga
meng-gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.
5. Rayapan Tanah
Rayapan
Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa
butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali.
Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan
tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.
6.
Aliran Bahan Rombakan
Jenis
tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.
Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan
jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai
ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di
daerah aliran sungai di sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan
korban cukup banyak.
C.
Gejala
Umum Tanah Longsor
Gejala-gejala
umum yang biasanya timbul sebelum terjadinya bencana tanah longsor adalah :
Ø Munculnya retakan-retakan di lereng
yang sejajar dengan arah tebing.
Ø Biasanya terjadi setelah hujan
Ø Munculnya mata air baru secara
tiba-tiba
Ø Tebing rapuh dan kerikil mulai
berjatuhan
D.
Faktor-faktor
Penyebab Terjadinya Tanah Longsor
Pada
prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar
daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan
dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut
lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
1. Hujan
Ancaman
tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya
intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya
penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan
munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya
tanah permukaan.
Ketika
hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat
mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi
biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam
waktu singkat.
Hujan
lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang
merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga
menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor
dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan
berfungsi mengikat tanah.
2. Lereng terjal
Lereng
atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal
terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung
lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
3. Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis
tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan
lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki
potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu
tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena
air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
4. Batuan yang kurang kuat
Batuan
endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara
kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah
menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah
longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
5. Jenis tata lahan
Tanah
longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya
genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat
untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan
air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran
yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
6. Getaran
Getaran
yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan
getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan
jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
7. Susut muka air danau atau bendungan
Akibat
susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang,
dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah
yang biasanya diikuti oleh retakan.
8. Adanya beban tambahan
Adanya
beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan
memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan
jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah
dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
9. Pengikisan/erosi
Pengikisan
banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan
hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
10. Adanya
material timbunan pada tebing
Untuk
mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan
tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum
terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga
apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan
tanah.
11. Bekas
longsoran lama
Longsoran
lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung api
pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan
kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri :
Ø
Adanya tebing terjal yang panjang
melengkung membentuk tapal kuda
Ø
Umumnya dijumpai mata air, pepohonan
yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur
Ø
Daerah badan longsor bagian atas
umumnya relatif landai
Ø
Dijumpai longsoran kecil terutama
pada tebing lembah
Ø
Dijumpai tebing-tebing relatif
terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran lama
Ø
Dijumpai alur lembah dan pada
tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
Ø
Longsoran lama ini cukup luas.
12. Adanya
bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)
Bidang
tidak sinambung ini memiliki cirri :
Ø
Bidang perlapisan batuan
Ø
Bidang kontak antara tanah penutup
dengan batuan dasar
Ø
Bidang kontak antara batuan yang
retak-retak dengan batuan yang kuat
Ø
Bidang kontak antara batuan yang
dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air (kedap air).
Ø
Bidang kontak antara tanah yang
lembek dengan tanah yang padat
Ø
Bidang-bidang tersebut merupakan
bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.
13. Penggundulan
hutan
Tanah
longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan
air tanah sangat kurang.
14. Daerah
pembuangan sampah
Penggunaan
lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat
mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang
terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini
menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.
E.
Wilayah
Rawan Tanah Longsor
Setidaknya
terdapat 918 lokasi rawan longsor di Indonesia. Setiap tahunnya kerugian yang
ditanggung akibat bencana tanah longsor sekitar Rp 800 miliar, sedangkan jiwa
yang terancam sekitar 1 juta.
Daerah
yang memiliki rawan longsor :
Ø
Jawa Tengah 327 Lokasi
Ø
Jawa Barat 276 Lokasi
Ø
Sumatera Barat 100 Lokasi
Ø
Sumatera Utara 53 Lokasi
Ø
Yogyakarta 30 Lokasi
Ø
Kalimantan Barat 23 Lokasi
Ø
Sisanya tersebar di NTT, Riau,
Kalimantan Timur, Bali, dan Jawa Timur.
DAFTAR KEJADIAN DAN KORBAN BENCANA
TANAH LONGSOR 2003-2005
No.
Propinsi Jumlah
Kejadian
Korban Jiwa RH RR RT LPR
(ha)
JL
(m)
MD
LL
- Jawa Barat 77 166 108 198 1751 2290 140 705
- Jawa Tenah 15 17 9 31 22 200 1 75
- Jawa Timur 1 3 - - 27 - 70 –
- Sumatera Barat 5 63 25 16 14 - 540 60
- Sumatera Utara 3 126 - 1 40 8 – 80
- Sulawesi Selatan 1 33 2 10 - - - -
- Papua 1 3 5 - - - - -
Jumlah
103 411 149 256 1854 2498 751 920
Keterangan
:
MD
: Meninggal dunia
ML
: Luka – luka
RR
: Rumah rusak
RH
: Rumah hancur
RT
: Rumah terancam
BLR
: Bangunan lainnya rusak
BLH
: Bangunan lainnya hancur
LPR
: Lahan petanian rusak ( dalam hektar)
JL
: Jalan terputus
Tampak
bahwa kejadian bencana dan jumlah korban bencana tanah longsor di Propinsi Jawa
Barat lebih besar dibandingkan dengan propinsi lainnya. Hal demikian disebabkan
oleh faktor geologi, morfologi, curah hujan, dan jumlah penduduk serta
kegiatannya.
F.
Tahapan
Mitigasi Bencana Tanah Longsor
Ø
Pemetaan
Menyajikan
informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu
wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota
dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar
terhindar dari bencana.
Ø
Penyelidikan
Mempelajari
penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam
perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.
Ø
Pemeriksaan
Melakukan
penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui
penyebab dan cara penanggulangannya.
Ø
Pemantauan
Pemantauan
dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomi dan
jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat
yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
Ø
Sosialisasi
Memberikan
pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau Masyarakat umum,
tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi
dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengirimkan poster, booklet, dan
leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah
Ø
Pemeriksaan bencana longsor
Bertujuan
mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata cara
penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah longsor.
G.
Tindakan
Yang Bisa Dilakukan Selama dan Sesudah Tanah Longsor
1.
Tanggap Darurat
Yang
harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan
korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain :
Kondisi
medan
Kondisi
bencana
Peralatan
Informasi
bencana
2.
Rehabilitasi
Upaya
pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana
transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik
pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi
korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
3.
Rekonstruksi
Penguatan
bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi
pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor,
karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah
longsor hampir 100%.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tanah
longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar
lereng. Proses terjadinya tanah longsor adalah air yang meresap ke dalam tanah
akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air
yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah
pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Konsekuensi dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Konsekuensi dari tumbukan itu maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi.
B.
Saran
Ada
beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk
tempat-tempat hunian, antara lain :
Ø Perbaikan
drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap).
Ø Modifikasi
lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan)
Ø Vegetasi
kembali lereng-lereng.
Ø Beton-beton
yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi hunian.
Selain
itu ada hal-hal yang harus diketahui untuk menghindari bencana tanah longsor
adalah :
Ø
Jangan mencetak sawah dan membuat
kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman
Ø
Buatlah terasering (sengkedan) [ada
lereng yang terjal bila membangun permukiman
Ø
Segera menutup retakan tanah dan
dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui retakan.
Ø
Jangan melakukan penggalian di bawah
lereng terjal
Ø
Dan sebagainya
DAFTAR PUSTAKA
Bachri,
Moch. 2006. Geologi Lingkungan. Malang : CV. Aksara.
Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2005. Pengenalan Gerakan Tanah.
Jakarta : Mancamedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar